ANALISIS
SEMIOTIKA
LIMA
BIRAMA AWAL PADA KOMPOSISI MUSIK SIMFONI NO. 5
KARYA
LUDWIG VAN BEETHOVEN
Oleh:
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangannya
seni musik tidak selalu membicarakan dan hanya mengedepankan lirik. Ada makna
dan arti lain yang dibawa dalam sebuah karya seni musik yang tidak
membicarakan dan mengedepanan lirik.
Seolah-olah komposer ingin berkomunikasi dan menyampaikan sebuah cerita melalui karyanya kepaa orang lain. Adalah hal
yang menarik untuk meihat semiotika dalam sebuah anilisis musik klasik barat.
Musik
klasik adalah sebuah istilah yang sangat luas dan biasanya mengarah kepada
musik yang dibuat atau yang berasal usul dari tradisi kesenian barat musik
sekuler dan musik orkestra. Hal ini juga mencakup pada periode dari sekitar
abad ke-9 hingga ke-21.
Musik
klasik dibedakan dari bentuk musik non-Eropa dan musik populer terutama oleh
sistem notasi pada musiknya, yang sudah digunakan pada abad ke-16. Notasi musik
barat juga digunakan pada komponis untuk memberikan petunjuk kepada pembawa musik
mengenai tinggi nada, kecepatan, metrum, ritme individual dan pembawaan yang
tepat pada suatu karya musik. Hal ini juga dapat membatasi pada praktik
improviasasi, kata ini biasa didengar pada musik non-Eropa dan musik populer.
Sejak
abad ke-2 dan abad ke-3 sebelum Masehi, di Tiongkok dan Mesir sudah mempunyai
bentuk musik tertentu. Hal ini mendapat pengaruh dari Mesir serta Babilon, dan
berkembanglah musik Hibrani yang kemudian berkembang lagi menjadi musik gereja.
Musik ini ternyata disenangi oleh masyarakat, karena adanya pemain-pemain musik
yang mengembara serta menyanyikan lagu yang digunakan pada saat upacara gereja.
Musik klasik kemudian tersebar diseluruh Eropa kemudian tumbuh dan
berkembang serta musik intrumental maju dengan pesar setelah adanya perbaikan
dari alat-alat musik, contohnya biola dan cello. Kemudian bermunculan para
komponis besar di berbagai negara yaitu, Jerman, Prancis, Italia dan Rusia.
Pada abad ke-19, rasa kebangsaan mulai bangun dan berkembang,
karena itu perkembangan contoh musik klasik pecah menurut kebangsaannya
masing-masing. Walaupun begitu pada permulaannya mempunyai persamaan yaitu
bergaya romantik. Salah satu komponis besar pada Zaman Romantik dan Zaman
Klasik adalah Ludwig Van Beethoven. Beethoven memiliki banyak
karya yang mendunia dan terus diingat sampai sekarang. Beberapa diantaranya
adalah Simfoni No. 3, Simfoni No. 5, Simfoni No. 9 dan Fur Ellise. Penulis ingin mencoba sedikit memaparkan
kegelisahannya dalam sudut pandang semiotika dengan sebuah analisis terhadap
musik instrumental atau komposisi, yaitu analisis terhadap lima birama awal
pada komposisi musik Simfoni No. 5 Karya Ludwig Van Beethoven.
B. Tujuan Penulisan
Pembahasan Analisis Semiotika Lima
Birama Awal Komposisi Musik Simfoni No.
5 Karya Beethoven menjadi daya tarik tersendiri bagi penulis untuk melihat
bagaimana sudut pandang semiotika dalam menganalisis karya musik klasik. Tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk dapat melihat pemaknaan dari Lima
Birama Awal dari Komposisi Musik Simfoni No. 5 Karya Ludwig Van Beethoven dalam
sudut pandang Semiotika.
C. Landasan Teori
Dalam Analisis Semiotika Lima Birama Awal Komposisi
Musik Simfoni No. 5 Karya Beethoven penulis
menggunakan pendekatan semiotika konotatif milik Aart Van Zoest (1978).
Aliran semiotika konotatif merupakan salah satu dari tiga aliran semiotika yang
muncul . Semiotika konotatif merupakan semiotika yang mempelajari
masalah-masalah tanda disengaja dan konotasi dapat disebut semiotika konotatif
(Zoest, 1993:4).
Aliran semiotika
konotatif lebih melihat pada makna konotatif yakni makna kedua atau makna yang
tersirat dari sebuah tanda daripada makna/arti langsung dari suatu tanda yang
telah disepakati bersama atau telah menjadi pengertian yang sama atau yang
biasa disebut denotatif.
Pertanyaan mendasar
yang paling sulit, yang akan dihadapi oleh setiap orang yang akan menerapkan
perangkat pengertian semiotika pada
musik: apakah musik memiliki
arti? Dengan kkata lain apakan musik
memppunyai denotatun dan diinterpretasikan dalam arti semiotika? (yang
dimakksudkan disini ialah diinterpretasikan oleh pendengar).
Ruwet adalah salah satu
semiotisi musik yang cerdas dan menarik, yang tahu persis apa yang ia
bicarakan, karena ia sendiri merupakan ahli linguistik. Kalau begitu dimanakah
semantik musik harus mencari denotata musik yang mungkin ada? Ada beberapa
kemungkinan.
Salah satunya adalah untuk menganggap
unsur-unsur musik sebagai ikonis bagi
gejala-gejala neurofisiologis pendengar. Dengan demikan, irama musik dapat
dihubungkan dengan ritme biologis. Ruwet mengatakan penelitian pragmatig
mengenai resepsi musik sudah tentu akan mendapatkan berbagai hasil menarik,
karena para penggemar musik sering beranggapan bahwa musik berarti banyak
baginya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Ludwig Van Beethoven
(dibaptis pada 17 desember 1770 di bonn, wafat pada 26 maret 1827 di Wina)
adalah seorang komponis musik klasik dari Jerman.Karyanya yang paling dikenal
adalah simfoni kelima, simfoni kesembilan dan lagu piano Fur Ellise. Ia
dipandang sebagai salah satu terbesar dan merupakan tokoh penting dalam masa
peralihan antara Zaman Klasik dan Zaman Romantik. Semasa muda ia adalah pianis
yang berbakat, populer diantara orang-orang penting dan kaya di Wina, Austria,
tempat ia tinggal.
Pada 1787, Beethoven
pergi ke Wina atas perintah pangeran Bonn, Franz Xaver Stelker. Disana ia
bertemu dengan Mozart dan memainkan piano di depannya. Mozart sangat kagum
dengan Beethoven dan dia mengatakan bahwa Beethoven bisa menjadi musikus besar
nantinya. Namun pada tahun 1801 ia mulai menjadi tuli. Simfoni No. 2 dan proses
pembuatannya dianggap sebagai saksi penting kemelt yang dihadapi Beethoven. Ia
membuat karya tersebut saat pendengarannya semakin berkurang.
Simfoni no. 5 Beethoven
dianggap sebagai simfoni yag memulai gaya baru. Pada simfoni ini, terdapat
tempo dan nada yang seperti mars. Hal ini tidak pernah terjadi pada masa-masa
sebelum Beethoven. Komposisi ini adalah salah
satu simfoni paling terkenal karya Beethoven, dan salah satu karya musik klasik
yang paling populer.
Simfoni ini dimainkan
dalam sukat atau ketukn 2/4 dan meliputi 12 instrumen didalamnya yaitu; Flute,
Oboe, Clarinet, Fagot, Corn, Trombon,
Timpani, Violin I, Violin II, Viola, cello, dan Basso. Dimainkan dalam tanda
tempo Allegro yang berarti cepat.
Dalam penulisan ini
saya tidak secara langsung memaknai karya Beethoven tersebut, melaikan melihat
pemaknaan karya Beethoven yang berlangsung sampai abad ke-20, Simfoni no.5
dianggap sebagai “cerita tentang kekalahan
dan kemenangan, tetang pertarungan nasib manusia yanng berlangsung
seumur hidup, juga tentang penderitaan dan pembebasan dari kesengsaraan”, yang dituangkan dalam sebuah karya
musik.
Dalam hal ini saya
sependapat dengan pemaknaan dari karya tersebut. Birama pertama sampai dengan
birama ke-5 diwarnai dengan hentakan string section dan dimainkan pada tangga
nada minor. Nada minor pada musik identik dengan kesedihan, kekalahan,
kelemahan, pertarungan, ketegangan dan kekerasan. Nada minor dan hentakan
string section pada lima birama awal
komposisi musik tersebut dapat diartikan sebagai ‘pertarungan yang baru
dimulai dan di warnai dengan ketegangan’.
Berikut adalah gambar
dari lima birama awal komposisi musik simfoni no. 5 karya Beethoven.
BAB
III
KESIMPULAN
Masih
banyak hal yang menjadi pertanyaan saya dengan bentuk analisis musik dari sudut
pandang semiotika terhadap karya musik instrumental atau klasik barat karena
kurangnya pembahasan yang bisa menjadi refrensi saya mengenai pandangan
semiotika mengenai analisis semiotika terhadap musik instrumental. Pada
penulisan Analisis Semiotika Lima Birama Awal Pada Komposisi Musik Simfoni No.
5 Karya Beethoven ini saya memaknai lima birama awal komposisi musik sebagai
‘pertarungan yang baru dimulai dan di warnai dengan ketegangan’ dan setuju
menganggap karya tersebut secara keseluruhan sebagai ‘cerita tentang
kekalahan dan kemenangan, tetang
pertarungan nasib manusia yanng berlangsung seumur hidup, juga tentang
penderitaan dan pembebasan dari kesengsaraan, yang dituangkan dalam sebuah
karya musik’. Dari pemaknaan tersebut saya melihat bahwa pemaknaan musik
instrumental tidak terbatas pada denotatum musik.
DAFTAR
PUSTAKA
Linardy, Marjory. http://www.dw.com/id/lima-simfoni-karya-beethoven/a-3671411
(diakses pada tanggal 18 Maret 2017, pukul: 22.32 WIB).
McNeill, R. J. 2008. Sejarah Musik 2.
Musik 1760 Sampai Dengan Akhir Abad ke-20. PT BPK Gunung Mulia. Jakarta.
Zoest,
Aart van. 1992. Serba-Serbi Semiotika. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Zoest, Aart van. 1993.Semiotika Tentang
Tanda, Cara Kerjanya dan Apa yang Kita Lakukan Dengannya. Yayasan Sumber Agung.
Jakarta.
* Ujian Tengah Semester
Mata Kuliah Semiotika Seni, Dosen Pengampu: Dr. Nur Sahid, M.Hum. Program Studi
Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa, Sekolah Pascasarjana, Universitas
Gadjah Mada, 2017.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar